Minggu, 27 November 2011

HOPE MESSENGER

(By: Ary M wibowo – DATE Leader dan COL Fasilitator in JPCC)

Indonesia adalah negeri yang kaya namun justru banyak dilingkupi malapetaka dan hal-hal buruk yang terjadi. Terkadang mungkin kita bertanya-tanya, “mengapa Tuhan seakan membiarkan semua ini terjadi?padahal kita tahu bahwa sangat mudah bagi Tuhan untuk bisa mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan. Kenapa Tuhan membiarkan kita melihat semua ini?”

Jawabannya ada di Matius 5: 16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." 

Dari ayat diatas kita tahu bahwa Tuhan ingin agar kita berbuat baik dan menjadi terang supaya nama Tuhan dipermuliakan. Nah untuk menjadi terang, kita butuh gelap. Kenapa???? Karena terang tanpa gelap tidak aka nada gunanya. Tuhan ingin agar kita yang menjadi harapan/ jawaban dan solusi dari setiap hal buruk yang terjadi.

Selama masih ada keburukan maka berarti masih ada kesempatan untuk berbuat baik, slama kekurangan slalu ada kesempatan untuk memberi. Bisnis Yesus adalah memberikan harapan, karena kita anak Tuhan maka kita mempunyai gen yang sama sebagai pemberi harapan.

Untuk itulah kita harus jadi seorang “HOPE MESSENGER”

Harapan bisa bertumbuh dalam hidup seseorang dari kemurahan hati. Intinya, kita harus memiliki karakter yang penuh dengan kemurahan hati. Generous atau kemurahan hati adalah sikap hati, sesuatu yang ada didalam diri kita sejak lahir, sehingga kita tidak perlu lagi memintanya.

Generous adalah memberi yang melibatkan sebuah pengorbanan, atau melepaskan apa yang penting ditangan dan itu menganggu kehidupan kita. Beda dengan memberi sesuatu yang tidak penting. Terkadang kita tidak mau memberi karena itu berat buat kita.

Ada 3 hal yang menghalangi kita untuk memberi:

1). Ignorance – ketidakpedulian

Luk 10: 25-37 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 
Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 
Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" 

Jika anda melihat dari ayat ini maka anda akan membaca bahwa sebenarnya Imam dan seorang Lewi melihat seorang yang terkapar ditengah jalan. Tidak ada seorang pun yang sengaja melewatkannya. Samaria itu sebenarnya adalah musuh Israel namun apa yang terjadi, dia memilih untuk pergi dan melakukan ‘sustainable generosity’ Orang Samaria ini tidak datang menolong dan pergi tetapi Ia menolong orang tersebut hingga tuntas. Apa yang dilakukan itu merupakan standarnya Tuhan.

Terkadang kita melihat, kita bukannya tidak tahu bahwa seseorang sedang membutuhkan pertolongan. Kita melihat tetapi kita tidak mau berhenti, kita memilih melihatnya hanya dari seberang jalan.

2). Egosentris

Kita menolak untuk memberi karena didalam hati kita sempit hanya ada saya, diri saya dan aku, tidak ada tempat untuk orang lain.

3). Berpikir

Generosity sekali lagi adalah sikap hati. Untuk memberi kita tidak butuh berpikir. Saat melihat orang luka tersebut, Imam dan Lewi mungkin ingin menolong tetapi mereka terlalu banyak berpikir.

Bil 18:30-32 Lagi haruslah engkau berkata kepada mereka: Apabila kamu mengkhususkan yang terbaik dari padanya, maka bagi orang Lewi haruslah hal itu dihitungkan sebagai hasil tempat pengirikan dan hasil tempat pemerasan anggur; kamu boleh memakannya di setiap tempat, kamu dan seisi rumahmu, sebab upahmulah itu, untuk membalas pekerjaanmu di Kemah Pertemuan. Dan dalam hal itu kamu tidak akan mendatangkan dosa kepada dirimu, asal kamu mengkhususkan yang terbaik dari padanya; demikianlah kamu tidak akan melanggar kekudusan persembahan-persembahan kudus orang Israel, dan kamu tidak akan mati." 

Ayat diatas dibuat jaman perjanjian lama kepada Harun sebagai pemimpin dari para Imam. Mereka mungkin mau menolong tetapi mereka tidak mau repot karena kalo mereka menajiskan diri dengan darah orang maka mereka harus mengkuduskan diri mereka kembali. Tujuan Imam dan Lewi adalah untuk melayani Tuhan namun mereka cuma memikirkan diri sendiri dan tidak mau direpotkan.

Yang harus kita ingat bahwa memberi bukanlah pengorbanan tetapi kehormatan untuk terlibat dalam rencana besar Tuhan bagi kehidupan. Memberi adalah tentang hati. Pemberian yang tidak menyentuh hatimu dan membutuhkan pengorbananmu maka itu juga tidak akan menyentuh hati Tuhan.

Luk 21:1-4 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." 

Nah jika anda tahu, yang diberikan janda itu nilainya ½ dari mata uang romawi yg paling rendah. Tuhan tidak pernah melihat jumlah pemberiannya namun Tuhan melihat hati yang memberikannya. Janda itu mampu memberi yang terbaik dari kekurangannya. Janda tersebut memberi apa yang dianggap penting baginya, that’s what matter to God.

Setiap saat kita selalu dihadapkan pada perumpamaan Orang Samaria diatas, masalahnya sekarang, kita mau jadi siapa? Imam dan Lewi yang memilih berjalan pergi atau seorang Samaria yang membantu hingga tuntas... Pilihan ada ditangan anda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar