Minggu, 23 Oktober 2011

FAITH = BELIEVE + SPEAKING

(By : Charles Nieman, Senior pastor of the Abundant Living Faith Center in Wl Paso, Texas)

John 10: 10 (KJV) The thief cometh not, but for to steal, and to kill, and to destroy: I am come that they might have life, and that they might have it more abundantly.

Atau dalam terjemahan Bahasa Indonesianya Yohanes 10: 10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. 

Tuhan datang ke dunia supaya kita bisa mendapatkan hidup seperti yang Tuhan inginkan untuk kita dapatkan.
Atau ayat diatas dalam terjemahan Message Bible Yohanes 10:10 A thief is only there to steal and kill and destroy. I came so they can have real and eternal life, more and better life than they ever dreamed of.

Yesus datang ke dunia supaya kita bisa mendapatkan hidup lebih baik dari apa yang kita pernah impikan.
Karena Yesus datang, maka kita bisa mendapatkan hidup yang berkelimpahan. Seringkali anak-anak Tuhan tidak dapat hidup berkelimpahan karena mereka tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan akses ke kehidupan tersebut.

Kolose 1: 13 Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; Atau dalam terjemahan King James BibleWho hath delivered us from the power of darkness, and hath translated us into the kingdom of his dear Son”

Perhatikan ayat diatas baik-baik! Tuhan telah melepaskan kita......(kerajaan gelap) dan memindahkan kita......(kerajaan sorga) Artinya saat kita lahir baru, Tuhan sudah melepaskan kita dan memasukkan kita sebagai anggota kerajaan sorga namun sama seperti kerajaan lain di manapun, ada peraturan dan juga hukum yang harus ditaati.

Ilustrasi: Jika ps Nieman pindah dari Amerika ke Indonesia maka ps Nieman juga harus mengikuti peraturan yang ada di Negara tersebut demikian halnya juga ketika dia kembali pulang.

2 Kor 5: 7 (King James Version) For we walk by faith, not by sight
Atau dalam terjemahan Indonesiasebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat

Hidup kita adalah karena iman bukan berdasar dari apa yang kita lihat, kita rasakan. Jika demikian maka itu adalah ketika kita hidup dalam kegelapan. Bayangkan betapa kecilnya hidup kita jika kita hanya hidup berdasar sesuatu yang seperti yang bisa kita lihat dan rasakan.

Jika kita hidup dengan iman maka itu adalah cara hidup yang lebih baik.

Perhatikan terjemahan Inggris King James version diatas, kata “walk” yang digunakan dalam bahasa yunaninya berarti (bukan hanya sekadar berjalan dan hidup) sikap hidup dan perilaku kita.

Jadi sikap hidup dan perilaku kita dan apapun yang membentuk hidup kita bukan berdasarkan sesuatu yang bisa kita lihat melainkan berdasarkan iman.

Jika hidup berdasarkan iman, maka yang perlu kita ketahui adalah apa sebenarnya “IMAN” tersebut?

FAITH atau IMAN terkadang dianggap sebagai suatu keyakinan, yang merupakan hubungan antara Tuhan dengan manusia. Padahal dikatakan bahwa Iman diberikan untuk mempengaruhi keseluruhan hidup kita.

Ibrani 10: 38 Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." Atau dalam terjemahan King James VersionNow the just shall live by faith: but if any man draw back, my soul shall have no pleasure in him”

Orang Kristen seringkali berpikir bahwa IMAN adalah percaya padahal artinya lebih daripada itu. Kita tidak bisa berjalan dengan percaya saja meski kita tetap harus percaya penuh pada Tuhan.

Roma 4: 13 (KJV) For the promise, that he should be the heir of the world, was not to Abraham, or to his seed, through the law, but through the righteousness of faith atau dalam terjemahan bahasa IndonesianyaSebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman”

Roma 4 berbicara tentang iman Abraham. Dikatakan bahwa karena iman, Abraham dibenarkan Tuhan.
Diayat 13 tersebut dalam terjemahan KJV dikatakan mengenai janji Tuhan kepada Abraham. Janji tersebut bukan sembarang janji. Dalam bahasa Yunani arti kata ‘promise’ atau janji tersebut sama dengan berkat di masa depan dan berkat untuk menikmati kemurahan Tuhan.

Tidak ada satupun dari antara kita yang tahu mengenai apa yang akan terjadi di masa depan namun ketahuilah bahwa Tuhan sudah menyiapkan berkat untuk kita dimasa depan dan ketahuilah Tuhan ingin kita menikmatinya. Tuhan sudah jauh pergi ke masa depan dan menyiapkannya untuk kita.

Ayat diatas mengatakan bahwa janji tersebut diberikan bukan karena hukum Taurat tetapi diberikan karena IMAN dan diberikan oleh kasih karunia Tuhan.

Roma 4: 16 (KJV) Therefore it is of faith, that it might be by grace; to the end the promise might be sure to all the seed; not to that only which is of the law, but to that also which is of the faith of Abraham; who is the father of us all, Atau dalam terjemahan bahasa Indonesia “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua

Jaman dahulu untuk mendapatkan berkat tersebut, ada dua hal yang harus dilakukan:
1). Keturunan jasmani Abraham
2). Taat pada hukum Taurat (jika tidak taat maka aka nada kutukan, namun siapapun tahu kita tidak akan bisa taat sepenuhnya pada hukum tersebut, namun meskipun tidak bisa kita tetap harus mencoba untuk taat)

Namun ayat 16 diatas membatalkan kesemua persyaratan diatas tersebut. Artinya kita hanya perlu hidup dengan IMAN Abraham.

Galatia 3:29 (KJV) And if ye be Christ's, then are ye Abraham's seed, and heirs according to the promise. Terjemahan bahasa Indonesianya “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” 

Kita yang sudah lahir baru, “Berkat di masa depan dan berkat untuk menikmatinya” sudah ada dalam kehidupan kita dan diberikan atas kasih karunia Tuhan (dimana kita tidak pantas mendapatkannya)
Nah untuk bisa membuka kunci dan mengakses janji tersebut maka kita butuh IMAN. Iman adalah level kehidupan yang lebih tinggi.

Apakah IMAN?

IMAN adalah HUKUM

Roma 3: 27 (KJV)  Where is boasting then? It is excluded. By what law? of works? Nay: but by the law of faith. Atau dalam terjemahan bahasa Indonesianya Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! 

Terjemahan bahasa Inggris lebih menjelaskan artinya daripada bahasa Indonesianya. Dalam bahasa Inggris dikatakan ‘Law of Faith’ atau Hukum Iman. Kenapa Iman dikatakan sebagai hukum? Karena Hukum akan bekerja pada semua orang tanpa terkecuali.

Ilustrasi: Hukum gravitasi berlangsung sama di seluruh dunia, tidak hanya berlaku di Amerika dan tidak berlaku di Indonesia, bukan seperti itu cara kerjanya.

IMAN adalah hukum berarti IMAN tidak perduli siapa namamu, latar belakangmu, pekerjaanmu atau hal-hal lainnya karena IMAN akan bekerja sama pada semua orang.

2 Kor 4: 13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. 

Roma 12: 3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. 

Pada saat kita lahir baru, Tuhan sudah memberikan IMAN yang kita butuhkan. Kita tidak akan butuh lebih banyak lagi IMAN karena semua orang dari kita punya ukuran IMAN yang sama, kita hanya harus belajar menggunakannya.

Ilustrasi: Iman itu seperti otot. Seorang jemaat Ps Neiman mendatanginya dan menceritakan keberhasilannya membentuk tubuh, dia katakan bahwa kini dia memiliki otot baru. Sebenarnya tidak demikian, karena otot tersebut sudah ada disana bahkan ketika kita masih ada dalam kandungan. Kita hanya belajar menggunakan otot tersebut.

Karen IMAN adalah sebuah hukum maka IMAN punya dua komponen penting:
1). BELIEVING atau percaya
2). SPEAKING atau berkata-kata

IMAN berarti karena Aku PERCAYA maka Aku BERKATA-KATA

Sekarang coba kita pahami arti baru IMAN ini dalam beberapa contoh ayat dibawah ini:

Ibrani 11: 7 Karena “PERCAYA dan BERKATA-KATA”, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena “PERCAYA dan BERKATA-KATA”  itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan “PERCAYA dan BERKATA-KATA” nya

Roma 10: 8 Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman “PERCAYA dan BERKATA-KATA”  yang kami beritakan. 

Apakah BELIEVE atau PERCAYA tersebut?

PERCAYA adalah sebuah pilihan.

Kita memilih untuk percaya atau tidak percaya. Namun Tuhan meminta kita untuk memilih percaya pada apa yang Tuhan katakana tentang kehidupan kita maka ketika kita percaya, kita akan mulai memperkatakannya.

Amsal 6: 2  jikalau engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, tertangkap dalam perkataan mulutmu, atau dalam terjemahan bahasa Inggris (NKJV) You are snared by the words of your mouth; You are taken by the words of your mouth. 

Amsal 18: 21 Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. 

Seringkali kita justru dibatasi oleh perkataan mulut kita. Bukankah lebih baik jika kita mempercayai apa yang Tuhan katakana dan mulai menyuruh mulut kita untuk memperkatakan hal tersebut?
Anda mungkin tengah berpikir penjelasan diatas tentang IMAN terkesan terlalu mudah. Kita terkadang menyukai sesuatu yang rumit tetapi lihatlah ayat berikut ini yang menunjukkan bahwa Yesus melakukan hal yang sama. Dia PERCAYA dan kemudian berkata-kata.

Markus 11: 12-14 Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya. 

Dilanjutkan ayat 20 hingga 24, Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering." (ayat 22) Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. 

Dalam ayat diatas, kita bisa melihat bahwa Yesus percaya dan berkata-kata. Lihatlah ayat 22 dimana Yesus meminta kita percaya kepada Allah. Terjemahan KJV “Have faith in God” atau terjemahan liberalnya “Have The God kind of faith” Ketika Yesus katakan ini, dia sudah tahu bahwa Roma 12 akan dituliskan.

Apakah dengan percaya dan berkata-kata kita akan memegahkan diri? Tidak, justru ketika kita memilih percaya atas perkataan Tuhan dan berkata-kata maka kita akan rendah hati karena sepenuhnya menyerah pada Tuhan.

(Ayat 23 terjemahan KJV) For verily I say unto you, That whosoever shall say unto this mountain, Be thou removed, and be thou cast into the sea; and shall not doubt in his heart, but shall believe that those things which he saith shall come to pass; he shall have whatsoever he saith.

Whosoever berarti barangsiapa. Ketika dikatakan barangsiapa maka kita semua ada termasuk didalamnya. Siapapun (termasuk kita) yang percaya dan berkata-kata pasti akan memegang akses ke “berkat Tuhan di masa depan serta berkat untuk menikmatinya”

Dalam cerita diatas tersebut, Yesus menyatakan bahwa jika kita mempunyai IMAN (baca: percaya dan berkata-kata) maka kita akan bisa menyingkirkan gunung. Gunung yang ada disana sebenarnya adalah apapun yang berdiri diantara kita dan penggenapan janji Tuhan yang besar dalam hidup kita.

Artinya jika kita “PERCAYA dan BERKATA-KATA” maka kita akan bisa menyingkirkan semua masalah yang menghalangi kita menikmati “berkat masa depan” yang sudah disiapkan Tuhan jauh sebelumnya.

Jika kita “Percaya dan Berkata-kata” maka kita bisa mengatakan pada gunung tersebut “Pergilah dari hidupku” Namun apa yang terjadi terkadang kita justru menangis dan menyalahkan diri sendiri. Tuhan tidak pernah katakan agar kita bersikap demikian.

Yeremia 1: 12 Lalu firman TUHAN kepadaku: "Baik penglihatanmu, sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku. Atau dalam terjemahan NKJV yang lebih mengena  " Then the LORD said to me, “You have seen well, for I am ready to perform My word.” 

Nah, masalahnya sekarang kita tidak akan bisa berkata-kata jika kita tidak percaya dan tidak tahu janji Tuhan. Maka yang sekarang harus anda lakukan adalah mencari tahu apa yang Tuhan sudah persiapkan untuk kita.

Mulailah PERCAYA...

Mulailah tuangkan rasa percayamu dalam BERKATA-KATA.....

Terimalah Berkat Tuhan dimasa depan dan berkat untuk menikmatinya.....

Let’s Believing and Speaking

Senin, 17 Oktober 2011

BERKETETAPAN UNTUK MENGHORMATI

(By : Ps Jeffrey Rachmat – Senior Pastor in JPCC)

Mark 6: 1-6 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. 

Hormat adalah respek yang harus ditunjukkan.

“What is lost when honor is gone?” Apa yang tersisa jika hormat hilang?

Terkadang kita malah dianggap keren jika kita tidak menghormati. Tidak menghormati orang lain berubah menjadi kebiasaan. Seringkali kita terlambat dalam memberikan hormat, biasanya kita menghormati justru ketika orang itu sudah meninggal.

Anda tidak akan mendapatkan hormat atas apa yang anda terima namun justru atas apa yang anda berikan.

Orang-orang di Nazareth kehilangan kesempatan merasakan mukjizat Yesus hanya karena mereka tidak menghormati Yesus.

Yohanes 5: 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. 

Hormat mendahului berkat. Jika kita ingin mendapatkan yang terbaik dari seseorang maka kita harus menghormati orang tersebut terlebih dahulu.

Hormat dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti menjunjung tinggi. Dalam bahasa Ibrani, Hormat berarti Kabad = to be heavy, to be weighty (menjadi berat, menjadi lebih berbobot)

Orang Nazareth kehilangan yang terbaik yang bisa mereka dapatkan karena mereka biasa mengenal Yesus sehingga tidak lagi menghormatinya. Terkadang kita juga sama seperti mereka. Kita terbiasa merasakan kebaikan Tuhan sampai terkadang kehilangan rasa kagum dan hormat kepada Tuhan.

Karena tidak bisa menghormati maka Yesus pergi meninggalkan mereka. Jangan kaget jika semua orang pergi meninggalkan anda karena anda tidak dapat memberikan hormat atau gaji yang layak kepada mereka.

1 Tim 5: 17 Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. 

Menjadi pendeta dan berkhotbah itu susah, namun lebih susah menjadi guru sekolah minggu yang juga mengajar dan berkhotbah didepan anak kecil. Terkadang kita memberikan penghormatan kepada pendeta atau gembala kita namun lupa menghormati bahkan berterimakasih kepada guru sekolah minggu yang telah mengajar anak-anak kita.

Kita menghormati bukan karena apa yang orang lain perbuat kepada anda namun anda menghormati orang lain karena itu adalah perintah Tuhan. Semua perintah Tuhan dibuat untuk kebaikan Tuhan. Hormati orang lain maka anda akan berada di pihak Tuhan.

Honor atau hormat dalam bahasa Yunani yaitu Timald yang berarti sesuatu yang berharga yang harus dihargai tinggi. Salah satu ayat alkitab yang menggunakan kata tersebut adalah 1 Petrus 3: 7

1 Petrus 3 : 7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. 

Jika anda tidak ingin doamu terhalang maka anda harus memperlakukan istri anda dengan hormat. Kata lemah diatas menggunakan kata asthenes yang dalam bahasa Yunani berarti mudah pecah namun bernilai tinggi.

Menerima hormat jauh lebih mudah daripada memberikan hormat. Diperlukan kerendahan hati untuk menghormat atau lebih tepatnya menjunjung tinggi termasuk juga orang yang tidak pantas kita hormati.

Amsal 15: 33 Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan. 

Anda mungkin akan katakan bahwa itu sulit untuk dilakukan, menghormati orang yang tidak pantas dihormati. Namun ada satu rahasia yang harus kalian ketahui, Semua perintah Tuhan itu sulit karena sejak jatuh dalam dosa, semua keinginan daging menjadi utama. Namun jika kita bisa melakukan perintah tersebut maka ada kebanggaan tersendiri.

Sulit untuk mengetahui rencana Tuhan jika kita mementingkan diri sendiri padahal kita didesain untuk menjawab kebutuhna orang. Kita tidak akan pernah menjadi jawaban jika kita egois.

1 Sam 18: 6-12 Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya." Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. Keesokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya. Saul melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding." Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali. Saul menjadi takut kepada Daud, karena TUHAN menyertai Daud, sedang dari pada Saul Ia telah undur. 

Seharusnya Saul bangga dan bahagia karena generasi dibawahnya berhasil namun karena Saul insecure maka dia berubah sikap. Saul lupa bahwa jika tidak ada Daud maka Goliath tidak bisa dikalahkan. Terkadang orang bisa melupakan apa yang sudah kita lakukan, berubah benci karena gossip atau hal lainnya.

Ayat diatas bercerita bahwa Saul mencoba membunuh Daud namun tidak berhasil. Tuhan sudah undur dari Saul meski belum sepenuhnya undur.

1 Sam 19: 10 Lalu Saul berikhtiar menancapkan Daud ke dinding dengan tombaknya, tetapi Daud mengelakkan tikaman Saul, sehingga Saul mengenai dinding dengan tombak itu. Sesudah itu Daud melarikan diri dan luputlah ia pada malam itu. 

Ayat diatas berarti jika kita gagal menghormati maka suatu hari semua orang akan meninggalkan kita.

1 Sam 24: 1-13 Daud pergi dari sana, lalu tinggal di kubu-kubu gunung di En-Gedi. 
Ketika Saul pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah kepadanya, demikian: "Ketahuilah, Daud ada di padang gurun En-Gedi." Kemudian Saul mengambil tiga ribu orang yang terpilih dari seluruh orang Israel, lalu pergi mencari Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing Hutan. Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, tetapi Daud dan orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu. Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: "Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN." Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya. Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: "Tuanku raja!" Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah. Lalu berkatalah Daud kepada Saul: "Mengapa engkau mendengarkan perkataan orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celakamu? Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau, tetapi aku merasa sayang kepadamu karena pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN. Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku. TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau; 


Saul tidak menghargai Daud sehingga akhirnya Daud pergi dan Saul terpaksa harus turun berperang lagi. Meski Daud punya kesempatan untuk membunuh Saul namun Daud masih memandang Saul sebagai raja dan orang yang diurapi oleh Tuhan. Tampaknya hal tersebut telah menjadi ketetapan di hati Daud bahwa dia tidak akan “menjamah orang yang diurapi Tuhan”

Lihatlah ayat 13 dimana Daud meminta Tuhan menjadi hakim. Seringkali kita mau bertindak menjadi hakim dengan tidak menghormati orang lain. Tidak seperti Daud yang memilih menyerahkannya ke tangan Tuhan.
Kesempatan Daud untuk mencelakakan Saul kembali terjadi pada 1 Sam 26 : 1-25 Namun Daud lagi-lagi masih menghormati Saul.

1 Sam 26: 22 Tetapi Daud menjawab: "Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya. 

Dari ayat ini kita bisa tahu isi hati Daud. Daud masih menganggap Saul sebagai raja.

1 Sam 26: 24 Dan sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari segala kesusahan." 

Daud tahu tentang menghormati. Dia telah berketetapan untuk menghormati meski Saul tidak menghargai apa yang Daud lakukan. Jika anda bertanya tentang rasa sakit, Tanya pada Daud. Daud memilih tidak menggunakan perasaannya namun terus menghormati Saul. Ingatlah bahwa kita hidup bukan berdasarkan pada perasaan namun pada iman atau rencana Tuhan.

Ilustrasi : Tidak gampang menjadi pendeta, diomongin orang kanan kiri baik itu yang kita lakukan A atau B. Ps Jeff menjelaskan jika dirinya menggunakan perasaan maka dirinya tidak akan bisa survive jadi pendeta.
Terkadang kita bertanya, mengapa kita harus menghormati atasan kita, mereka tidak pantas dihormati. Tahukah anda, memberikan atasan semacam itu kepada kalian artinya Tuhan mau membentuk karakter kita sesuai apa yang Dia mau. Kita harus menghormati atasan kita seberapa buruknya dia karena itu adalah perintah Tuhan.

Namun jangan hanya orang diatas anda saja yang harus anda hormati, pun demikian dengan orang-orang yang berada dibawah anda seperti sopir dan juga pembantu. Jika anda terlebih dahulu menghormati maka anda bisa mempengaruhi orang tersebut. Ingat, menghormati mendahului pengaruh.

Lihat kembali Markus 6. Ayat diatas bercerita mengenai warga Nazareth yang tidak jadi mendapatkan berkat dan mukjizat karena mereka gagal menghormati Yesus. Jika saja mereka menghormati Yesus. Jika anda menghormati Yesus maka Mukjizat akan mulai terjadi dalam hidup anda.

Kenapa kita harus belajar menghormati orang lain? Karena susah untuk bisa menghormati orang yang tidak kelihatan (baca: Tuhan) jika anda tidak dapat menghormati orang disekitar anda yang kelihatan.

Marilah kita berketetapan hati untuk menghormati orang lain dan nantikan mukjizat turun dalam hidup kita.



BIG QUESTION

(By : Ps Lee Burns – Principal of Hillsong College – Sidney Australia)

Beberapa tahun lalu, Ps Lee Burns sedang melayani dalam sebuah KKR Kesembuhan dimana dia meminta agar semua orang yang ingin disembuhkan dan menutup mata serta membayangkan bagaimana rasanya jika mereka sembuh. Beberapa hari setelahnya ketika sedang keluar makan siang, Ps Lee bertemu dengan salah seorang jemaatnya yang juga ikut dalam KKR tersebut. Seorang gadis yang berkata bahwa dirinya dalam proses sembuh dari depresi selama 8 tahun terakhir. Gadis itu berkata bahwa pertanyaan simple yang diajukan oleh Ps Lee lah yang membuatnya sadar. “Bagaimana rasanya menjadi sembuh”

Ketika bergumul dengan sesuatu masalah dalam kehidupan kita, kita juga harus tahu bagaimana rasanya jika kita sudah mendapatkannya. Kenneth Hagin katakana bahwa “If you can see it, you can have it” Jika anda bisa melihatnya maka anda akan bisa mendapatkannya.

Quality of your Question determined quality the life you living. (kualitas pertanyaan yang kau ajukan menentukan kualitas hidupmu)

Kualitas hidup bukan berbicara soal materi namun soal bagaimana memaksimalkan hari yang kau punyai, bukan hari yang memaksimalkan mu. Kualitas hidup berbicara apakah anda memegang kendali hidup atau anda dikendalikan masalah kehidupan.

Pertanyaan diatas yang diajukan oleh Lee adalah karena jika kita tidak tahu bagaimana rasanya ssembuh maka bagaimana kita tahu jika kita sudah mendapatkannya.

Ilustrasi : Anak bungsu Lee Burns – Lily baru berumur 3 tahun dan setiap kali jika ayah dan ibunya melarangnya melakukan sesuatu, Lily akan menatap mereka dan bertanya “Why daddy?”

Sikap Lily diatas sama seperti sikap kita ketika menghadapi masalah dalam kehidupan. Kita mempertanyakan banyak pertanyaan. Yang penting sebenarnya bukan berapa banyak pertanyaan tersebut tapi bagaimana kualitasnya. Karena siapapun bisa bertanya.

Markus 11 : 27-33 Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." 

Imam kepala dan tua-tua ahli Taurat diatas sebenarnya mempertanyakan pertanyaan yang berkualitas namun Yesus tahu mereka tidak akan siap mendengarkan jawabannya. Itu sebabnya Yesus menanyakan pertanyaan kembali kepada mereka. Pertanyaan yang Yesus ajukan sebenarnya adalah untuk melihat sejauh mana kualitas hidup mereka. Sejauh mana mereka bersedia membuka pola pikir dan hati mereka melihat kebesaran Tuhan. Tetapi jawaban yang mereka berikan menunjukkan bahwa mereka tidak mau berubah dalam pola pikir mereka. Dengan pertanyaan itu, Yesus memancing mereka untuk berubah.

A foolish man can’t learn anything from a smart answer but a wise man learn everything from a foolish question. (Seorang yang bodoh tidak dapat belajar dari jawaban yang pintar namun orang yang bijaksana belajar dari pertanyaan bodoh)

Atau lihat dalam Markus 2, saat seorang lumpuh dimasukkan lewat atap oleh teman-temannya. Hal yang sama terjadi, mereka kembali mempertanyakan kuasa Yesus dan menolak berubah.

Markus 2: 6-9 Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? 

Para ahli Taurat lebih peduli pada asal kuasa Yesus sedangkan Yesus lebih peduli bagaimana Dia menyembuhkan orang lumpuh tersebut. Ahli Taurat mempertanyakan pertanyaan besar namun sayang mereka tidak siap menerima jawabannya.

Kenapa kita harus mengeluarkan pertanyaan?

Karena pertanyaan menunjukkan dimana letak hatimu “Question locate your heart”

Ilustrasi: Di Hillsong sedang diadakan diskusi panel dimana mereka bisa menanyakan sesuatu pada para pemimpinnya. Ada seorang muda yang kemudian bertanya “Jika Tuhan itu baik, mengapa di dunia ini masih ada kesakitan dan penderitaan?”

Itu sebenarnya bukan pertanyaan besar, itu pertanyaan berkualitas rendah karena diawali kebingungan. Lihatlah lagi pertanyaannya, pertanyaan itu dimulai dengan “Jika”

Mari kita lihat Lukas 4, Matius 4 dan Markus 1 saat Yesus dicobai di padang gurun oleh iblis.

Luk 4 : 3 Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." 

Mat 4 : 3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."

Kedua ayat tersebut menampilkan pertanyaan yang sama yaitu dimulai dengan “JIKA” Pertanyaan Iblis tersebut dimaksudkan untuk membuat kebingungan atas Otoritas yang Yesus punyai.

Pertanyaan yang kita keluarkan memperlihatkan kondisi hati kita. Kondisi hati kita menjelaskan kualitas hidup yang kita jalani. Pertanyaan yang kita ajukan menentukan posisi apakah itu semakin memperjelas hidup kita atau justru menimbulkan kebingungan.

Pertanyaan yang diajukan anak muda tadi sebenarnya berasal dari kebingungan dia sendiri yang secara tidak langsung menyalahkan Tuhan. “Jika Tuhan baik,.....” Pertanyaan yang dia ajukan melemparkan semua tanggung jawab ke tangan Tuhan. Seharusnya yang dia tanyakan adalah “apa yang bisa aku pelajari dan bisa lakukan dari kebaikan Tuhan tersebut”

Lihat Yohanes 5 saat ada seorang lumpuh yang duduk di pinggir kolam Bethesda.

Yohanes 5: 2-7 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." 

Lihatlah pertanyaan yang Yesus ajukan pada orang lumpuh tersebut. Maksud Yesus sebenarnya adalah mempertanyakan tentang kesiapannya bertanggung jawab atas kehidupan barunya ketika dia disembuhkan. Ketika dia sembuh maka dia tidak bisa lagi duduk dekat kolam, dia harus kerja, dia harus berbaur dalam masyarakat dan sebagainya.

Dari jawaban yang orang itu berikan kita bisa lihat bahwa sebenarnya pertanyaan Yesus tadi sebenarnya bertujuan untuk membuat orang itu berhenti menggerutu, menyalahkan orang lain dan mulai mengambil kendali atas hidupnya. Hari itu ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu, bukan hanya tilam yang diangkat namun juga kualitas hidup orang tersebut.

Setiap orang memilih di level kehidupan mana kita berada dan pertanyaan yang kita tanyakan menentukan hal tersebut.

Ilustrasi : Dalam sebuah KKR kesembuhan Hillsong, seorang ibu justru menolak disembuhkan karena jika dia sembuh maka dia tidak akan dapat tunjangan untuk kakinya dan itu berarti dia tidak dapat memberi makan anaknya. Meski sudah diyakinkan oleh Ps Lee bahwa jika percaya Tuhan bukan hanya kesembuhan yang dia dapatkan namun juga kekayaan. Namun ibu itu tetap menolaknya. Hingga 5 tahun setelahnya, ibu itu masih belum juga sembuh dari cedera kakinya.

Seringkali kita memilih untuk hidup dalam kualitas rendah karena lebih mudah dan kita tidak perlu bertanggung jawab. Padahal Tuhan menciptakan kita untuk hidup yang Luar biasa!!! Tuhan ingin memperbesar kapasitas kita dalam hidup untuk menjangkau lebih banyak orang lagi.

Terkadang kita menanyakan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup namun dalam prosesnya yang ada bukannya kejelasan namun malah kerumitan. Pastikan pertanyaan yang kita ajukan bukanlah pertanyaan yang menyalahkan orang lain karena itu artinya kita menolak tanggung jawab untuk apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Tidak mau bertanggung jawab akan membuat hidup kita jatuh terpuruk.

Ilustrasi : Orang Samaria seringkali disebut baik hati namun sebenarnya kontradiktif karena Samaria masih dianggap sebagai musuh Israel. Namun dalam kasus ini, Seorang Samaria ini mempertanyakan pertanyaan yang tepat yang menunjukkan kualitas hatinya.  

Lukas 10 : 30-33 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 

Seorang imam dan orang Lewi mempertanyakan “Jika saya menyelamatkan orang tersebut apa untungnya buat saya” namun orang Samaria tersebut menanyakan “ Jika saya menolongnya, apakah ini akan berguna untuk dia?”

Menanyakan pertanyaan yang tepat akan membantu anda melakukan hal yang tepat dan jelasnya itu akan meningkatkan kualitas hidup anda.

Ilustrasi seorang muda dalam diskusi panel diatas tidak memahami pentingnya pertanyaan tersebut. Pertanyaan besar yang bisa anda tanyakan: “Apa yang bisa saya lakukan sebagai orang Kristen untuk mengurangi sakit dan penderitaan di dunia ini?” atau “ Apa yang bisa saya pelajari dari Yesus yang bersedia mengosongkan dirinya sendiri turun ke dunia dan mati bagi seorang manusia seperti saya.

Jika kita terus mempertanyakan pertanyaan berkualitas seperti itu maka kita akan menemukan Yesus sedang meng-upgrade hidup kita dengan cara yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya.

Hati-hati jika anda berdoa dan meminta sesuatu kepada Tuhan. Ada kalanya Yesus akan bertanya siapkan jika hal tersebut diberikan pada anda. Tanyakan hal tersebut terlebih dahulu sebelum anda memintanya.

Bijaklah bertanya dan bersiaplah bertanggung jawab atas jawabannya.