Senin, 17 Oktober 2011

BIG QUESTION

(By : Ps Lee Burns – Principal of Hillsong College – Sidney Australia)

Beberapa tahun lalu, Ps Lee Burns sedang melayani dalam sebuah KKR Kesembuhan dimana dia meminta agar semua orang yang ingin disembuhkan dan menutup mata serta membayangkan bagaimana rasanya jika mereka sembuh. Beberapa hari setelahnya ketika sedang keluar makan siang, Ps Lee bertemu dengan salah seorang jemaatnya yang juga ikut dalam KKR tersebut. Seorang gadis yang berkata bahwa dirinya dalam proses sembuh dari depresi selama 8 tahun terakhir. Gadis itu berkata bahwa pertanyaan simple yang diajukan oleh Ps Lee lah yang membuatnya sadar. “Bagaimana rasanya menjadi sembuh”

Ketika bergumul dengan sesuatu masalah dalam kehidupan kita, kita juga harus tahu bagaimana rasanya jika kita sudah mendapatkannya. Kenneth Hagin katakana bahwa “If you can see it, you can have it” Jika anda bisa melihatnya maka anda akan bisa mendapatkannya.

Quality of your Question determined quality the life you living. (kualitas pertanyaan yang kau ajukan menentukan kualitas hidupmu)

Kualitas hidup bukan berbicara soal materi namun soal bagaimana memaksimalkan hari yang kau punyai, bukan hari yang memaksimalkan mu. Kualitas hidup berbicara apakah anda memegang kendali hidup atau anda dikendalikan masalah kehidupan.

Pertanyaan diatas yang diajukan oleh Lee adalah karena jika kita tidak tahu bagaimana rasanya ssembuh maka bagaimana kita tahu jika kita sudah mendapatkannya.

Ilustrasi : Anak bungsu Lee Burns – Lily baru berumur 3 tahun dan setiap kali jika ayah dan ibunya melarangnya melakukan sesuatu, Lily akan menatap mereka dan bertanya “Why daddy?”

Sikap Lily diatas sama seperti sikap kita ketika menghadapi masalah dalam kehidupan. Kita mempertanyakan banyak pertanyaan. Yang penting sebenarnya bukan berapa banyak pertanyaan tersebut tapi bagaimana kualitasnya. Karena siapapun bisa bertanya.

Markus 11 : 27-33 Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." 

Imam kepala dan tua-tua ahli Taurat diatas sebenarnya mempertanyakan pertanyaan yang berkualitas namun Yesus tahu mereka tidak akan siap mendengarkan jawabannya. Itu sebabnya Yesus menanyakan pertanyaan kembali kepada mereka. Pertanyaan yang Yesus ajukan sebenarnya adalah untuk melihat sejauh mana kualitas hidup mereka. Sejauh mana mereka bersedia membuka pola pikir dan hati mereka melihat kebesaran Tuhan. Tetapi jawaban yang mereka berikan menunjukkan bahwa mereka tidak mau berubah dalam pola pikir mereka. Dengan pertanyaan itu, Yesus memancing mereka untuk berubah.

A foolish man can’t learn anything from a smart answer but a wise man learn everything from a foolish question. (Seorang yang bodoh tidak dapat belajar dari jawaban yang pintar namun orang yang bijaksana belajar dari pertanyaan bodoh)

Atau lihat dalam Markus 2, saat seorang lumpuh dimasukkan lewat atap oleh teman-temannya. Hal yang sama terjadi, mereka kembali mempertanyakan kuasa Yesus dan menolak berubah.

Markus 2: 6-9 Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? 

Para ahli Taurat lebih peduli pada asal kuasa Yesus sedangkan Yesus lebih peduli bagaimana Dia menyembuhkan orang lumpuh tersebut. Ahli Taurat mempertanyakan pertanyaan besar namun sayang mereka tidak siap menerima jawabannya.

Kenapa kita harus mengeluarkan pertanyaan?

Karena pertanyaan menunjukkan dimana letak hatimu “Question locate your heart”

Ilustrasi: Di Hillsong sedang diadakan diskusi panel dimana mereka bisa menanyakan sesuatu pada para pemimpinnya. Ada seorang muda yang kemudian bertanya “Jika Tuhan itu baik, mengapa di dunia ini masih ada kesakitan dan penderitaan?”

Itu sebenarnya bukan pertanyaan besar, itu pertanyaan berkualitas rendah karena diawali kebingungan. Lihatlah lagi pertanyaannya, pertanyaan itu dimulai dengan “Jika”

Mari kita lihat Lukas 4, Matius 4 dan Markus 1 saat Yesus dicobai di padang gurun oleh iblis.

Luk 4 : 3 Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." 

Mat 4 : 3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."

Kedua ayat tersebut menampilkan pertanyaan yang sama yaitu dimulai dengan “JIKA” Pertanyaan Iblis tersebut dimaksudkan untuk membuat kebingungan atas Otoritas yang Yesus punyai.

Pertanyaan yang kita keluarkan memperlihatkan kondisi hati kita. Kondisi hati kita menjelaskan kualitas hidup yang kita jalani. Pertanyaan yang kita ajukan menentukan posisi apakah itu semakin memperjelas hidup kita atau justru menimbulkan kebingungan.

Pertanyaan yang diajukan anak muda tadi sebenarnya berasal dari kebingungan dia sendiri yang secara tidak langsung menyalahkan Tuhan. “Jika Tuhan baik,.....” Pertanyaan yang dia ajukan melemparkan semua tanggung jawab ke tangan Tuhan. Seharusnya yang dia tanyakan adalah “apa yang bisa aku pelajari dan bisa lakukan dari kebaikan Tuhan tersebut”

Lihat Yohanes 5 saat ada seorang lumpuh yang duduk di pinggir kolam Bethesda.

Yohanes 5: 2-7 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." 

Lihatlah pertanyaan yang Yesus ajukan pada orang lumpuh tersebut. Maksud Yesus sebenarnya adalah mempertanyakan tentang kesiapannya bertanggung jawab atas kehidupan barunya ketika dia disembuhkan. Ketika dia sembuh maka dia tidak bisa lagi duduk dekat kolam, dia harus kerja, dia harus berbaur dalam masyarakat dan sebagainya.

Dari jawaban yang orang itu berikan kita bisa lihat bahwa sebenarnya pertanyaan Yesus tadi sebenarnya bertujuan untuk membuat orang itu berhenti menggerutu, menyalahkan orang lain dan mulai mengambil kendali atas hidupnya. Hari itu ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu, bukan hanya tilam yang diangkat namun juga kualitas hidup orang tersebut.

Setiap orang memilih di level kehidupan mana kita berada dan pertanyaan yang kita tanyakan menentukan hal tersebut.

Ilustrasi : Dalam sebuah KKR kesembuhan Hillsong, seorang ibu justru menolak disembuhkan karena jika dia sembuh maka dia tidak akan dapat tunjangan untuk kakinya dan itu berarti dia tidak dapat memberi makan anaknya. Meski sudah diyakinkan oleh Ps Lee bahwa jika percaya Tuhan bukan hanya kesembuhan yang dia dapatkan namun juga kekayaan. Namun ibu itu tetap menolaknya. Hingga 5 tahun setelahnya, ibu itu masih belum juga sembuh dari cedera kakinya.

Seringkali kita memilih untuk hidup dalam kualitas rendah karena lebih mudah dan kita tidak perlu bertanggung jawab. Padahal Tuhan menciptakan kita untuk hidup yang Luar biasa!!! Tuhan ingin memperbesar kapasitas kita dalam hidup untuk menjangkau lebih banyak orang lagi.

Terkadang kita menanyakan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup namun dalam prosesnya yang ada bukannya kejelasan namun malah kerumitan. Pastikan pertanyaan yang kita ajukan bukanlah pertanyaan yang menyalahkan orang lain karena itu artinya kita menolak tanggung jawab untuk apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Tidak mau bertanggung jawab akan membuat hidup kita jatuh terpuruk.

Ilustrasi : Orang Samaria seringkali disebut baik hati namun sebenarnya kontradiktif karena Samaria masih dianggap sebagai musuh Israel. Namun dalam kasus ini, Seorang Samaria ini mempertanyakan pertanyaan yang tepat yang menunjukkan kualitas hatinya.  

Lukas 10 : 30-33 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 

Seorang imam dan orang Lewi mempertanyakan “Jika saya menyelamatkan orang tersebut apa untungnya buat saya” namun orang Samaria tersebut menanyakan “ Jika saya menolongnya, apakah ini akan berguna untuk dia?”

Menanyakan pertanyaan yang tepat akan membantu anda melakukan hal yang tepat dan jelasnya itu akan meningkatkan kualitas hidup anda.

Ilustrasi seorang muda dalam diskusi panel diatas tidak memahami pentingnya pertanyaan tersebut. Pertanyaan besar yang bisa anda tanyakan: “Apa yang bisa saya lakukan sebagai orang Kristen untuk mengurangi sakit dan penderitaan di dunia ini?” atau “ Apa yang bisa saya pelajari dari Yesus yang bersedia mengosongkan dirinya sendiri turun ke dunia dan mati bagi seorang manusia seperti saya.

Jika kita terus mempertanyakan pertanyaan berkualitas seperti itu maka kita akan menemukan Yesus sedang meng-upgrade hidup kita dengan cara yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya.

Hati-hati jika anda berdoa dan meminta sesuatu kepada Tuhan. Ada kalanya Yesus akan bertanya siapkan jika hal tersebut diberikan pada anda. Tanyakan hal tersebut terlebih dahulu sebelum anda memintanya.

Bijaklah bertanya dan bersiaplah bertanggung jawab atas jawabannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar