Rabu, 14 September 2011

BY GRACE

(By : Ps Jose Carol - Senior Associate PAstor in JPCC)

Seringkali ketika kita kecewa, hati kita cenderung menjadi pahit. Kecewa membuat kita tidak mau lagi mencoba dan takut mengambil resiko dan akhirnya kehilangan pengharapan. Namun hal yang berbeda justru terlihat pada perempuan yang sakit pendarahan (baca: Matius) Perempuan ini selama 12 tahun dikucilkan oleh masyarakat (jaman dahulu perempuan yang sakit pendarahan dianggap najis, siapapun yang bersentuhan akan dirajam sampai mati) Namun perempuan ini justru berani ambil resiko untuk keluar rumah dan bergabung dengan banyak orang, hanya supaya dia bisa menyentuh jubah Yesus dan mendapatkan kesembuhan. Dia tahu, dia mendengar tentang Yesus dari banyak orang dan ingin membuktikannya sendiri.

Namun tetap pertanyaan besarnya adalah kenapa dia berani melakukan itu? its all about Grace
Iman adalah dasar dari pengharapan. Pengharapan inilah yang membuat seseorang tetap mencoba meski telah berkali-kali gagal.

Roma 3: 23-24 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 

Efesus 2 :8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 

Tidak ada orang yang tidak pernah berdosa namun selamat karena kasih karunia dan karena Iman kita. Tapi seringkali kita tidak menghargai hal tersebut.
Ilustrasi : Anak muda yang tengah melakukan perjalanan sambil membawa ransel besarnya (back packer) dan suatu ketika dia sampai di sebuah gunung dan jalanan yang menanjak, karena sangat kelelahan maka dia berhenti. Saat dia beristirahat itu, anak muda ini didekati oleh sebuah mobil pick up dan diminta untuk menumpang. Maka naiklah dia ke atas mobil pick up tersebut. Setelah beberapa lama berjalan, si sopir kemudian menengok ke belakang dan terkaget melihat anak muda tersebut masih berdiri di atas truk sambil menggendong ranselnya.

Tidak ada satupun yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan diri kita. Kita diselamatkan oleh karena kasih karunia. Tapi terkadang sama seperti pemuda tersebut, kita seringkali masih menggendong dosa dan beban kita kemana-mana padahal kita sudah dibebaskan dengan kematian Yesus di kayu salib.

Yohanes 8: 1-11 tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." 

Ayat diatas bercerita tentang perempuan yang berbuat zinah dan dibawa menghadap Yesus dan Yesus hanya membiarkannya pergi. Ayat diatas bercerita tentang kasih karunia. Ketika kita mengenal kasih karunia maka tidak ada lagi penghakiman.

Matius 20 :1-15  "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.  Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? 

Mat 20 bercerita tentang tuan tanah dan buruh anggur. Permasalahannya disini buruh yang sudah kerja sejak pagi dibayar sama dengan buruh yang baru bekerja sekitar satu jam sehingga mengakibatkan adanya kecemburuan. Kasih karunia memang terkesan tidak adil bagi yang melihat orang lain menerimanya tetapi bagi yang menerimanya, kasih itu luar biasa. Terkadang kita tidak bisa terima jika Tuhan tampak memberkati orang lain padahal kita tahu kelakuan mereka sebenarnya bagaimana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar