Rabu, 14 September 2011

TUHAN DAN PENONTON BY jEFFREY RACHMAT

Yohanes 10: 27-28 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. 

Domba-domba pasti akan mendengarkan suara Tuan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus belajar membedakan suara yang kita dengar, karena ketika kita mendengar suara yang salah maka cenderung akan membuat keputusan yang salah. Suara utama yang harusnya kita dengar adalah suara Tuhan. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana membedakannya, mana suara yang paling sedikit perlu kita dengar.

Markus 5: 21-34 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, 
datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" 

Perikop ayat diatas berbicara tentang kepala rumah ibadat, Yairus yang memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang sedang sakit. Ayat 21 dan 24 mencatat dua kali kata berbondong-bondong (Dalam kamus besar bahasa Indonesia --- berbondong-bondong berarti berduyun-duyun, orang beramai-ramai menuju suatu tempat) Jika alkitab mencatat dua kali maka hal tersebut sangat penting. Orang banyak itu beramai-ramai ingin melihat Yesus menyembuhkan anak Yairus.

Namun ditengah jalan menuju rumah Yairus, rombongan Yesus terhenti oleh perempuan yang telah selama 12 tahun sakit pendarahan menjamah jubahnya dan menjadi sembuh, kemudian perempuan ini bersaksi atas kesembuhannya. Tentu semua hal tersebut makan waktu dan menghambat perjalanan Yesus menuju kediaman Yairus.

Kita beralih ke Yairus. Yairus meski dia kepala rumah ibadat namun tampak sangat desperate atau susah sekali akan kondisi anaknya yang sedang kritis. Dari iman yang lelah pasti akan langsung naik ketika melihat perempuan tersebut sembuh padahal hanya dengan menjamah jubah Yesus.
Namun apa yang terjadi......

Ayat 35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" 
Salah satu sanak saudara Yairus mengabarkan hal yang tentu akan bikin down dan jatuh imannya namun lihat perkataan Yesus di ayat 36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" 

Jika anda jadi Yairus, suara siapa yang akan anda percayai?

Suara yang paling sedikit harus anda dengar adalah SUARA PENONTON

Suara penonton adalah suara mereka yang hanya ingin tahu dan memberikan komentar yang belum tentu benar dalam setiap hal yang kita alami.

Ketika berita kematian anak Yairus datang, Yesus sama sekali tidak menghiraukan perkataan orang banyak tersebut. Satu orang datang membawa berita kematian membuat banyak orang yang mengerumuni Yesus kemudian berkomentar seperti “Yah, anaknya sudah mati” atau “coba saja perempuan tadi tidak pake bersaksi, tentu masih sempet” atau komentar lainnya. Berita tersebut berubah menjadi suara-suara negatif di sekitar Yairus.

Ayat selanjutnya berbunyi Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. 

Orang banyak yang berada di rumah Yairus tersebut terlihat sedih dan empati namun ketika Yesus bilang bahwa anak Yairus tidur, orang banyak berbalik menertawakannya, mereka mengejek padahal tadinya mereka ikut meratap. Itulah penonton, mereka bisa bergeser dari meratap bersama kita kepada mengejek kita. Penonton adalah orang banyak yang tidak punya kepentingan namun selalu memberikan komentarnya.
Yesus akhirnya mengusir semua orang. Jika anda berpikir bahwa Yesus anak manis, maka anda salah besar. Tindakan pengusiran tersebut dilakukan Yesus semata-mata untuk melindungi iman Yairus supaya tidak hilang, karena tanpa iman tak ada yang Yesus bisa lakukan terhadap anak Yairus tersebut. Tanpa iman maka seseorang tidak bisa mendapatkan mujizat.

Ibrani 11: 6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Ayat selanjutnya berkata : Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. 

Perhatikan kata semua orang menjadi takjub, rupanya setelah Yesus mengusir mereka, para penonton ini masih berada diluar dan menanti apa yang terjadi pada anak Yairus tersebut.

Markus 6: 1-5 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. 

Penonton bisa meratap kemudian berubah mengejek dan berubah lagi menjadi takjub. Penonton bukan orang yang tepat untuk membantu Yairus mendapatkan bantuannya. Banyak orang dalam hidup kita yang hanya berempati terhadap masalah kita namun mereka tidak bisa membantu kita.

Markus 6 bercerita tentang Yesus yang kembali melanjutkan perjalanannya dan mulai mengajar, namun apa yang terjadi, orang banyak yang mendengarkannya kemudian meragukan identitasnya dan akhirnya menjadi kecewa.

Perhatikan perubahan sikap para penonton ini, dari takjub mereka kemudian meragukan Yesus dan berubah menolak Dia. Karena ditolak itulah maka dikatakan bahwa Yesus tidak bisa mengadakan mujizat kecuali hanya menyembuhkan beberapa orang sakit. Yang menarik adalah bahwa menyembuhkan orang sakit bukan termasuk mujizat untuk Yesus.

Yesus katakan bahwa nabi tidak dihormati di tempat asalnya. Tanpa hormat tidak ada yang bisa Yesus lakukan karena dibalik hormat tersimpan janji-janji Tuhan.

Suara orang banyak/ penonton mematikan suasana sehingga iman tidak bisa tumbuh subur. Yesus tidak bisa mengadakan mujizat ditengah-tengah suasana orang yang tidak mempercayai-Nya. Kasihan orang-orang yang sudah menunggu mujizat, hanya karena komentar orang-orang/ penonton tersebut mematikan kerja Yesus pada mereka. Jangan ambil keputusan berdasarkan suara penonton, mereka bisa mengangkat atau menjatuhkan anda, yang penting bagi mereka adalah kepentingan mereka pribadi (apa untungnya untuk mereka) Mari kita menjadi orang-orang yang membangun suasana sehingga iman dapat tumbuh subur dan berkobar sehingga mujizat terjadi.

Suara lain yang ada disekitar kita adalah SUARA TEMAN

Lukas 5: 17-20 Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." 

Cerita tentang si lumpuh dan teman-temannya. Yesus tidak melihat iman si lumpuh tersebut tapi melihat iman dari teman-temannya. Si lumpuh tersebut bisa membedakan suara teman dan penonton. Penonton mungkin bilang pada si lumpuh tersebut “sudah penuh, kamu tidak akan bisa masuk lagi” namun suara teman-teman si lumpuh menguatkannya.

Anda tidak perlu lumpuh atau butuh dibantu, Anda mungkin bisa berjalan sendiri tapi anda butuh teman-teman yang tepat (teman yang tidak suka lihat kita lumpuh dan rapuh atau lemah, teman yang sanggup robohkan atap rumah untuk kita)

Terkadang di situasi sulit, kita tidak membutuhkan empati namun membutuhkan teman-teman yang mendukung dan membantu kita berdiri dan beri kekuatan.

Filemon 1: 7 Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku. Atau dalam terjemahan NKJVFor we have great joy and consolation in your love, because the hearts of the saints have been refreshed by you, brother.”

Kasih seorang teman memberikan kegembiraan yang luar biasa serta memberikan semangat dan dorongan dalam hidup.

Cara mendapatkan teman :

Matius 7: 12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. 

Perlakukan orang lain sama seperti kamu ingin diperlakukan. Untuk bisa mendapatkan teman, maka kita harus menjadi teman yang seperti itu terlebih dahulu. Jadi seorang teman yang menguatkan, mendorong dan memberi semangat.

Efesus 6: 8 Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.

Berbuat baiklah pada semua orang, karena Tuhan pasti akan membalas kebaikan kita tersebut.

Markus 8: 27-29 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."

Tiba-tiba saja ditengah jalan Yesus menanyakan pertanyaan tersebut kepada para muridnya. Jesus is very cool. Para murid banyak menjawab pertanyaan tersebut namun tidak ada yang tepat.
Ayat selanjutnya berkata Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" 
Yesus tidak peduli pada suara penonton, Dia lebih butuh tahu suara temannya.

Ilustrasi : Ada orang membawa temannya tuk bertemu Ps Jeff yang bilang bahwa teman tersebut mengenal Ps Jeff dan menceritakan semua fakta tentang Ps Jeff padahal tidak ada satupun yang tepat. Dengan itu, Orang tersebut tahu bahwa teman yang dibawanya tersebut tidak mengenal Ps Jeff.

Iman yang tergantung pada suara penonton akan menimbulkan kekecewaan yang besar. Anda harus bisa menentukan keputusan berdasarkan suara penonton, anda juga tidak bisa bergantung pada iman teman kita. 

Terkadang kita juga harus mendengarkan suara kita sendiri. Suara tersebut bergantung pada seberapa dekat kita dengan Tuhan.

Kebenaran suara kita tentang seseorang tergantung pada seberapa kita mengenal orang tersebut. Kita diundang untuk mengenal Yesus secara pribadi bukan karena kata orang tentang Yesus. Kita tidak cukup hanya pergi ke gereja dan mengenal Yesus dari kata pendeta saja.

Ilustrasi : Kisah anak raja yang hidup didalam istana pasti sudah terbiasa dan tidak takjub lagi kalau liat barang-barang atau kemegahan istana, yang takjub itu adalah para tamu.

Matius 26: 36-44 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, Lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. 

Yesus mempunyai 12 murid namun hidupnya tidak berdasarkan pasa suara penonton maupun suara teman (3 orang murid kesayangannya) tapi kesuksesan Yesus berdasarkan pada hubungan pribadinya dengan Tuhan, dengan Bapa-Nya.

Perikop ayat diatas bercerita pada saat Yesus sedang berdoa di taman Getsemani, saat itu Yesus yang sedang ketakutan tengah berdoa dan kembali menemukan murid-murid-Nya sedang tidur padahal mereka adalah orang-orang yang diharapkan oleh Yesus saat itu. Terkadang saat masalah datang, kita tidak bisa mengandalkan orang-orang terdekat dengan kita sehingga kita sendirian. Saat itu kalau Yesus mau marah dan kecewa, Dia bisa namun Yesus memilih tidak marah dan kecewa karena Dia tahu ada kekuatan lainnya yaitu Tuhan.

Kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri, Puji Tuhan kalau dapat teman yang bagus tetapi ada kalanya kita ditinggalkan sendirian. Bagaimana kalau teman kita menikah atau punya pacar, mereka tak cukup lagi punya waktu untuk kita, lalu bagaimana? Berapa banyak orang yang kecewa akan hal tersebut? Tanpa punya hubungan pribadi dengan Tuhan, kita akan hancur. Kita akan kecewa, marah dan mengasihani diri sendiri ketika semua teman kita pergi.

By the end of the day yang menentukan adalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Saat kita punya hubungan pribadi dengan Tuhan, maka kita tidak akan mudah kecewa. Kita akan mampu berdiri sendiri disaat semua orang lain pergi meninggalkan kita. Kita juga mampu mendengarkan suara Tuhan dalam kesendirian tersebut, mendengarkan apa yang Tuhan mau dalam hidup kita. Hal tersebut lah yang akhirnya memberikan pengaruh terbesar dalam kehidupan anda.

Suara penonton pun tidak selalu salah terkadang Tuhan pakai suara tersebut untuk meneguhkan rencana Tuhan atas kehidupan kita. Namun tetap yang paling penting adalah suara Tuhan.

Matius 14: 22-23 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. 

Yesus pun membutuhkan waktu sendirian untuk berbicara dengan Bapa-Nya. Kita harus mempunyai kemampuan secara berkala untuk memisahkan diri dan mendengarkan Tuhan. Kenapa kita butuh ketenangan? Karena sulit mendengarkan suara ditengah keramaian, dalam ketenangan suara selembut bisikan pun bisa terdengar. Itu adalah salah satu cara kita mendengar suara Tuhan. Bagaimana caranya? Masuk dan berbicara sendiri dengan Tuhan dan berdoa.

Kenapa banyak pelayan Tuhan berakhir kecewa? Karena mereka terlalu banyak mendengar suara penonton (jemaat) atau suara teman yang kemudian beralih menjadi suara penonton tanpa mereka punya waktu untuk 
mundur dan berbicara kepada Tuhan secara pribadi.

Masalahnya bukan pada bisa atau tidaknya mendengar suara Tuhan, anda pasti bisa mendengar suara Tuhan karena anda adalah domba-domba-Nya namun masalahnya anda saat ini tengah berdiri di keramaian. Suara siapa yang anda pilih untuk dengarkan????

(Ps Jeffrey Rachmat adalah senior Pastor of Jakarta Praise Community Church)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar